Fanatisme Terhadap Tokoh Politik
Fanatisme
adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan secara
berlebihan.
Berhubung
saat saya menulis artikel ini adalah termasuk pada tahun-tahun
politik, maka saya khususkan artikel ini membahas fanatisme politik,
atau fanatisme terhadap tokoh politik.
Saya
pribadi kalau membicarakan masalah politik dengan teman-teman saya,
akan saya lihat dulu orangnya. Fanatik berat atau tidak. Kalau dia
termasuk orang yang fanatik dan (biasanya) ngeyel, maka saya lebih
baik diam atau mencari topik pembicaraan lain. Tetapi kalau orangnya
hanya pendukung biasa dan bisa berpikir logis maka saya akan lebih
nyaman berbicara dengannya.
Sebelum
saya lanjutkan membahas topik “fanatisme terhadap tokoh politik”,
saya ingatkan dulu bahwa artikel ini tidak dimaksudkan untuk membahas
politik. Artikel ini ditujukan untuk membahas masalah “fanatisme”
-nya dan bukan masalah “politik” atau “tokoh politik” -nya.
Bagaimana
fanatisme muncul
Oke,
mari kita mulai. Saya akan berbicara sedikit melebar terlebih dahulu,
saya akan mengajak anda untk membicarakan seorang artis bernama Pak
Pe. Siapa itu Pak Pe? Untuk yang belum tahu silakan baca artikel saya
mengenai Pak Pe. Beliau ini adalah seorang artis muda ternama, sukses
dan sangat creazy rich.
Banyak orang yang mengidolakan Pak Pe, termasuk istri saya.
Setiap
hari Pak Pe ada di TV, pagi ada di acara musik sebagai host, sore ada
di TV di acara komedi. Dan hebatnya di akhir pekan Pak Pe ada di TV
lengkap dengan anggota keluarganya. Jadi banyak orang di Indonesia
ini setiap hari melihat Pak Pe dan merasa sangat mengenal atau dekat
dengan beliau. Istri saya adalah termasuk penggemarnya.
Suatu
ketika, Pak Pe terkena kasus narkoba. Ini membuat heboh seluruh
orang, menjadi trending topik di Indonesia bahkan dunia. Bahkan
banyak pendukungnya ngetwit : “Semangat Pak Pe, kami mendukung mu.
Ini hanya cobaan.”
Sebenarnya
tidak ada yang salah dengan dukung mendukung, bahkan saya sangat
setuju dengan hal ini. Khususnya untuk menaikkan moral Pak Pe agar
cepat bertobat dan berkarya lagi. Akan tetapi saya tidak setuju
dengan kalimat : “ini hanya
cobaan.” Lha wong narkoba kok
cobaan? Kalau mau berpikir rasional, narkoba ini termasuk maksiat,
bukan cobaan. Anehnya penggemar yang twit atau posting di FB dengan
kata “cobaan” ini ada ribuan orang.
Kembali
ke masalah fanatisme. Di sini para penggemar tersebut terlalu sering
melihat Pak Pe di TV. Ditambah lagi mereka mengikuti medsos Pak Pe.
Ini mengakibatkan mindset para penggemar bergeser. Mereka merasa
dekat dan merasa memiliki Pak Pe. Di
sinilah fanatisme mulai muncul.
Jadi
prosesnya adalah : informasi
dengan intensitas tinggi – perubahan mindset - munculnya fanatisme.
Dengan bahasa simpelnya : orang yang sering muncul di TV, akan anda
cintai. Sebenarnya masih ada lagi hal-hal seputar Pak Pe yang menarik
untuk disimak, akan tetapi saya tidak sampaikan di sini. Karena saya
takutkan mengalihkan topik utama yang mau saya bahas.
Fanatisme
dalam kasus fanatisme
artis ini
bisa berdampak, tetapi dampaknya tidak akan banyak berpengaruh
terhadap kehidupan anda.
Diantara
dampaknya adalah :
1.
Jika Pak Pe terkena kasus, anda akan ikut sedih
2.
Jika Pak Pe mengiklankan barang, maka anda akan tertarik untuk
membelinya
Fanatisme
Politik
Saya
lanjutkan membahas Fanatisme Politik. Fanatisme terhadap tokoh
politik disebabkan oleh hal yang sama dengan fanatisme terhadap
artis.
Misalnya
begini :
1.
Pagi hari sebelum bekerja, anda melihat berita di TV. Tokoh politik
bernama Pak De sedang jalan-jalan bersama keluarganya.
2.
Kemudian dikantor sewaktu anda bekerja, teman-teman kantor anda
membicarakan Pak De yang membangun gedung, jembatan, dan jalan tol di
sana dan sini.
3.
Malamnya setelah pulang ke rumah, anda dan istri melihat berita lagi.
Kali ini beritanya Pak De sedang masuk gorong-gorong untuk memeriksa
kebersihannya.
Meskipun
anda secara pribadi tidak mengenal Pak De, belum pernah masuk atau
merasakan gedung dan jalan yang katanya dibangun Pak De, dan belum
pernah sekalipun ketemu keluarga Pak De; saya pastikan anda akan
merasa kenal dekat dengan Pak De.
Anda
akan merasa memiliki Pak De, dan merasa menjadi bagian dari keluarga
besar Pak De. Jika anda sudah berada pada level tersebut, maka anda
sudah menjadi seorang fanatis. Sehingga mindset anda akan bergeser.
Jika Pak De melakukan kesalahan, maka anda akan memakluminya. Bahkan
membenarkannya dengan alasan-alasan yang sebenarnya dibuat-buat.
Ingat lagi : informasi dengan
intensitas tinggi – perubahan mindset – munculnya fanatisme.
Nahh...
itulah yang namanya fanatik terhadap tokoh politik. “Informasi
yang masif terhadap satu tokoh politik, akan membuat anda menjadi
fanatik.”
Jadi
apakah anda termasuk orang yang fanatik?
Sebagai
penutup, saya sampaikan pesan saya : hati-hati ketika melihat berita
yang beredar secara masiv (viral), jangan-jangan itu adalah strategi
media untuk membuat anda menjadi orang yang fanatik.
0 Response to "Fanatisme Terhadap Tokoh Politik"
Post a Comment